EKONOMI-BISNIS

2022 Industri Patok Pertumbuhan 5,5 Persen 

Ekonomi-Bisnis | Jumat, 08 Oktober 2021 - 11:44 WIB

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Kementerian Perindustrian optimistis pertumbuhan industri pada 2022 mampu menyentuh angka 5–5,5 persen. Asumsinya, tidak terjadi gelombang besar kasus Covid-19 di Tanah air. Oleh karena itu, berbagai program dan kebijakan strategis yang mendukung laju kinerja sektor industri terus digulirkan guna menciptakan iklim usaha yang kondusif.

"Untuk tahun ini, targetnya (pertumbuhan industri, red) sebesar 4,5–5 persen, sedangkan tahun depan 5–5,5 persen," ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Kamis (7/10).


Pada Kuartal II 2021, sektor industri manufaktur berhasil mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 6,91 persen, meskipun di tengah tekanan dampak pandemi Covid-19. "Kami berharap laporan Kuartal III 2021 yang akan dirilis bulan ini akan terus menumbuhkan optimisme bagi kita untuk menjalankan pembangunan di sektor industri manufaktur," bebernya.

Agus mengemukakan, kontribusi sektor industri pengolahan nonmigas terhadap PDB nasional pada Kuartal II 2021 sebesar 17,34 persen. Ada lima kontributor terbesar sektor industri terhadap PDB nasional. Yakni, industri makanan dan minuman; industri kimia, farmasi, dan obat; industri barang logam, komputer, barang elektronik, optik, dan peralatan listrik; industri alat angkut; serta industri tekstil dan pakaian jadi.

Sementara itu, data Bank Dunia menunjukkan bahwa sepanjang 2020 saat pandemi Covid-19 menjangkiti seluruh negara dunia, Indonesia masih mampu mempertahankan status sebagai negara industri atau manufactured based dengan kontribusi sektor (migas dan nonmigas) terhadap PDB nasional melampaui 18 persen. "Berbagai langkah dilakukan, antara lain, mendorong hilirisasi, substitusi impor, dan mendorong industri dalam negeri sebagai bagian rantai pasok global," ungkap Agus.

Di sisi pelaku usaha, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani turut optimistis dengan keyakinan pemerintah untuk menjaga surplus dagang dan pertumbuhan industri. "Optimistis, harus bisa. Karena potensi kesempatannya ada. Jadi, di Indonesia dianggap mata dunia makin baik reputasinya dari sisi delivery, harga mulai kompetitif, kualitas juga bagus," ujarnya.

Menurut dia, RI sejatinya juga diuntungkan dengan situasi perdagangan global yang sama-sama dalam tahap recovery akibat tekanan Covid-19.(agf/c12/dio/jpg)
 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook